Fenomena gelombang PHK diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun, didorong oleh deindustrialisasi yang telah berlangsung di Indonesia beberapa tahun terakhir. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Danang Girindrawardana, mengungkapkan bahwa PHK besar-besaran pasti akan terjadi di Indonesia. Menurutnya, beberapa sektor industri sudah mulai mengalami PHK dalam jumlah besar.
“PHK besar-besaran pasti terjadi, menyusul fenomena deindustrialisasi ini,” ujarnya kepada Media Indonesia, Minggu (4/8).
Deindustrialisasi di Level Darurat
Danang menegaskan bahwa deindustrialisasi yang terjadi sudah memasuki level darurat dan membutuhkan upaya serius dari pemerintah dengan kebijakan yang tepat untuk mendukung dunia industri. Dia menyebut bahwa Indonesia telah mengalami deindustrialisasi selama 10 tahun terakhir, dan situasinya menjadi lebih berbahaya pada tahun 2024, menuju status darurat manufaktur.
“Sebenarnya, Indonesia sudah mengalami deindustrialisasi 10 tahun terakhir ini. 2024 level lebih berbahaya, dan menuju pada tahap status darurat manufaktur,” imbuhnya. Lalu bagaimana pengaruhnya bagi sektor properti syariah?
Baca – Artikel Terkait
Pengaruh Ekonomi pada Sektor Properti Syariah
Ketika pengusaha memperkirakan akan terjadi gelombang PHK besar-besaran, hal ini mencerminkan kondisi ekonomi yang tidak stabil. Ketidakstabilan ekonomi sering kali berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Di sektor properti syariah, yang sangat bergantung pada stabilitas ekonomi dan kepercayaan konsumen, prediksi ini bisa menjadi alarm bagi pelaku bisnis.
Penurunan Permintaan Properti Akibat PHK Masif
PHK besar-besaran akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan masyarakat, yang pada gilirannya menurunkan daya beli. Properti, terutama properti syariah yang biasanya menjadi pilihan investasi aman, akan mengalami penurunan permintaan. Masyarakat yang terkena dampak PHK cenderung menunda atau bahkan membatalkan rencana pembelian properti karena prioritas mereka akan beralih ke kebutuhan dasar sehari-hari.
Kenaikan Risiko Kredit Akibat PHK Masif
Dalam skema pembiayaan properti syariah, yang menghindari riba dan menggunakan prinsip bagi hasil atau murabahah. Namun risiko kredit tetap menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Ketika banyak pekerja kehilangan pekerjaan, risiko gagal bayar akan meningkat. Bank atau lembaga keuangan syariah perlu menyiapkan strategi mitigasi risiko untuk menghadapi kemungkinan ini.
Penyesuaian Strategi Pemasaran
Menghadapi situasi ini, pengembang properti syariah perlu menyesuaikan strategi pemasaran mereka. Fokus mungkin perlu ada peralihan dari penjualan langsung ke penyewaan atau penyediaan properti dengan skema kepemilikan yang lebih fleksibel. Program-program promosi yang memberikan kemudahan pembayaran juga dapat menarik minat konsumen di masa sulit.
Potensi Investasi Jangka Panjang
Meski ada dampak negatif jangka pendek, sektor properti syariah memiliki potensi untuk tetap menjadi pilihan investasi jangka panjang. Prinsip syariah yang mengutamakan keadilan dan transparansi dapat menarik minat investor. Yaitu investor yang mencari alternatif investasi stabil dan etis di tengah ketidakpastian ekonomi. Properti syariah, dengan penekanan pada keberlanjutan dan etika, bisa menjadi solusi bagi mereka yang mencari keamanan investasi dalam jangka panjang.
Kesimpulan Prediksi PHK Masif
Prediksi PHK masif oleh pengusaha jelas menimbulkan kekhawatiran di berbagai sektor, termasuk properti syariah. Penurunan permintaan, peningkatan risiko kredit, dan penyesuaian strategi pemasaran adalah beberapa dampak yang perlu dihadapi. Namun, dengan adanya pendekatan yang tepat dan inovatif. Maka sektor properti syariah masih memiliki potensi untuk bertahan dan bahkan berkembang di masa depan.
Kunjungi Cluster Al-Jazeera untuk perumahan Islami dengan pemandangan hijau indah dan sejuk